GOTVNEWS, Tanjungpinang – Pemilu serentak 2024 semakin dekat, berbagai strategi pun mulai dilancarkan partai politik untuk merebut lubung suara. Salah satunya dengan melancarkan aksi serangan fajar atau politik uang.
Serangan fajar masih mewarnai pesta demokrasi di Pemilu 2024. Serangan fajar merupakan bagian dari politik uang yang menjadi noda dalam perpolitikan tanah air. Dalam pesta demkorasi nanti, salah satu kelompok masyarakat yang rawan dimanfaatkan pasangan calon demi meraih suara adalah pemilih pemula atau kaum milenial.
Sebagaimana diketahui, pada Pemilu 2024 akan didominasi oleh kaum muda yang terdiri dari generasi milenial dan juga gen z. Kehadiran mereka ini pun, mendapatkan perhatian yang cukup luas baik dari para peserta pemilu maupun mayarakat.
Bahkan, mereka pun menjadi sasaran bagi para peserta pemilu untuk melakukan aksi money politik atau politik uang demi meraih suara.
Dari hasil wawancara pada beberapa pemilih pemula yang baru pertama kalinya bisa ikut berpartisipasi, dalam penyaluran suaranya di Pemilu 2024. Demi meraih suara para kaum pemilih pemula, para peserta pemilu menjanjikan akan memberikan uang senilai Rp 100 ribu.
Namun dengan syarat, mereka memberikan KTP pada tim dari peserta pemilu, dan uang tersebut akan diserahkan ketika suara mereka telah disalurkan di TPS ke parpol yang telah ditentukan.
“Kemarin itu dimintai KTP aja, katanya sih nanti di kasi uang Rp 100 ribu dan suruh milih dia. Ya tapi gak tau juga lah nanti milih apa gaknya. Saya juga berharap sih untuk presiden baru nanti tidak ada korupsi-korupsi lagi,” ungkapnya.
Bahkan, beberapa dari mereka hanya menunggu pemberian seperti uang dan sembako dari peserta pemilu. Namun demikian, mereka pun belum bisa memastikan untuk memilih peserta pemilu yang telah memberikan uang maupun sembako tersebut.
“Kalau untuk presiden tau sih, kalau caleg belum tau. Liat nantilah. Belum tau soalnya lagi pula gak ada yang kenal juga,” kata dia.
Menurut salah seorang Sosiolog, Marisa Elsera, generasi muda memegang peranan penting dalam menghadapi Pemilu 2024. Dan hal tersebut bisa menjadi lumbung suara bagi para peserta pemilu.
Para peserta pemilu harus menguasai generasi muda mulai dari angka 50 hingga 56 persen untuk satu putaran. Namun, tidak semudah itu untuk mendapatkan suara bagi para generasi muda.
Sebab, dua generasi itu memiliki karateristik berbeda, seperti kaum milenial yang dibesarkan oleh generasi Baby Boomers yang didiik secara disiplin, ketat dan tidak cukup ruang untuk berdiskusi menyatakan pendapat.
Sedangkan, Gen Z mereka yang hidup diera digital dan biasanya di didik lebih persuasif, sehingga mereka bisa lebih dapat menyuarakan pendapat, berpikir kritis, mendapatkan informasi-informasi lebih besar dan terbuka.
“Oleh karena itu, mereka orang-orang muda tidak bisa dianggap tidak tahu apa-apa ataupun apatis. Karena, mereka memiliki potensi besar dengan menguasi digital. Maka, calon-calon bisa melibatkan Gen Z ataupun milenial dan membuka diri untuk berdiskusi dengan anak-anak muda yang sebenarnya memiliki pemikiran kritis,” jelasnya.
Ketua Bawaslu Kota Tanjungpinang, Muhammad Yusuf meminta kepada masyarakat baik dari milenial hingga Gen Z, dapat melaporkan jika adanya praktik politik uang. Namun, dengan bukti yang kuat seperti video, poto yang terdapat uang yang diberikan.
Meski secara nasional politik uang berpotensi tinggi terjadi, begitu juga di tanjungpinang. Namun pihaknya belum bisa membuktikan secara real aksi politik uang tersebut.
“Kami sudah bergerak melakukan pengawasan dan peninjauan politik uang. Tapi, kendala kita para peserta pemilu mengenali petugas Bawaslu. Sehingga, kelalaian-kelalaian tersebut yang dijadikan kesempatan mereka. Tentunya, jika memang nanti ditemukan, sanki yang diberikan berupa denda Rp 34 juta dan kurungan 3 tahun. Dan jika dilakukan dimasa tenang bisa mencpai Rp 48 juta dan kurungan 4 tahun,” sebutnya.
Ketua KPU Tanjungpinang, Muhammad Faisal berharap kaum milenial dan Gen Z bisa lebih aktif menjadi pemilih karena mayoritas 52 persen adalah golongan milenial.
Upaya KPU dalam menggaet mereka dengan melakukan pendekatan sosialisasi, himbauan, masuk ke sekolah, perguruan tinggi untuk meningkatkan partisipasi milenial dan Gen z.
KPU juga berupaya meningkatkan partisipasi pemilih dengan membentuk 40 orang duta dekomrasi yang berasal dari pelajar SMA.
“Tujuan dibentuknya duta demokrasi dari milenial agar mereka bisa menggaet, memberikan sosialisasi teman sepermainan dan lingkungannya untuk meningkatkan partisipasi ke TPS,” ucapnya.
Sementara itu, dalam upaya menciptakan pemilih pemula yang ceras. Komunitas Cerdas Memilih Tanjungpinang menggelar berbagai kegiatan guna memberikan edukasi khususnya bagi pemilih pemula.
Berbagai kegiatan yang digelar seperti, diskusi politik berjudul obral obrol politik, obralin gagasan obrolin politik, bermain ular tangga bergambarkan pengecekan data pemilih, kebijakan pemilu hingga ujaran kebencian.
Serta menggelar Festival dan Dialog Cerdas Memilih untuk memberikanedukasi kepada pemilih pemula agar tidak Golput.
Pendamping Komunitas Cerdas Memilih Tanjungpinang, Neti Nilawati mengatakan, ia optimis kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak muda atau pemilih pemula agar mereka lebih tahu bagiaman menjadi pemilih yang cerad.
“Kegiatan melibatkan pemula untuk tahu bagimana menjadi pemilih cerdas. Suara pemilih pemula tingkat yang kedua, jadi sangat potensi menentukan masa depan Indonesia umumnya dan Tanjungpinang khususnya,” Ucapnya.
Pada pesta demokrasi 2024 agar dapat berjalan dengan lancar dan aman. Semoga langkah-langkah pengawasan dan berbagai kegiatan yang digelar berbagai komunitas di Tanjungpinang, dan juga polisi, KPU, Bawaslu, dapat benar-benar mengurangi politik uang.
Bagi milenial khsusunya pemilih pemula, jadilah pemilih yang cerdas dengan memilih pemimpin sesuai hati agar pemimpin yang terpilih nantinya memiliki kemampuan bukan karena uang.(Zpl)