Gaya HidupNasional

Mengapa Zakat Wajib dalam Islam? Ini Filosofi dan Manfaatnya

GOTVNEWS, Tanjungpinang –  Zakat bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga jembatan sosial yang menghubungkan si kaya dengan si miskin. Dalam Al-Qur’an, zakat selalu disebut berdampingan dengan salat “Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat” (QS. Al-Baqarah: 43). 

Jika salat adalah wujud hubungan manusia dengan Tuhan, maka zakat mencerminkan kepedulian terhadap sesama.

Kesalehan seorang muslim tidak cukup hanya dilihat dari aspek spiritual, tetapi juga dari kontribusi sosialnya. Sejarah mencatat betapa pentingnya zakat dalam Islam. 

Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq bahkan mengerahkan pasukan untuk memerangi mereka yang menolak membayar zakat, menegaskan bahwa keberislaman seseorang tidak lengkap tanpa kedermawanan sosial.

Para ulama telah membahas zakat secara mendalam dari aspek hukum, termasuk syarat, objek, dan distribusinya. Namun, zakat memiliki dimensi filosofis yang sering kali terabaikan. Ia bukan sekadar formalitas administratif, melainkan prinsip keadilan yang bertujuan untuk menyeimbangkan distribusi kekayaan.

Islam mengajarkan bahwa manusia hanyalah pengelola harta, bukan pemilik mutlak. “Dan pada harta mereka ada hak bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak mendapat bagian” (QS. Adz-Dzariyat: 19). Zakat memastikan kekayaan tidak hanya berputar di kalangan tertentu (QS. Al-Hasyr: 7), menjadikannya instrumen keadilan sosial.

Dalam konteks modern, zakat menjadi kritik terhadap kapitalisme yang sering melahirkan kesenjangan ekonomi. Sistem ini cenderung menumpuk kekayaan pada segelintir orang, sementara sebagian besar masyarakat terjerat kemiskinan. 

Islam, melalui zakat, menawarkan solusi untuk menciptakan keseimbangan sosial dan mendorong tanggung jawab moral kaum kaya terhadap yang kurang beruntung.

Selain dampak ekonominya, zakat juga memiliki manfaat psikologis. Ia melatih seorang muslim untuk tidak terikat berlebihan pada materi, menyucikan jiwa dari keserakahan, dan mengajarkan bahwa harta hanyalah sarana untuk mencapai kebajikan. Kata “zakat” sendiri berarti suci, tumbuh, dan berkah, menggambarkan esensinya yang membersihkan harta dan hati.

Islam memperkenalkan konsep keadilan distributif yang dikoreksi, di mana tidak hanya kerja keras yang menentukan hak atas kekayaan, tetapi juga memastikan kelompok rentan – seperti fakir miskin dan korban ketidakadilan – mendapatkan bagian. Tanggung jawab sosial ini menjadi kewajiban baik bagi individu maupun negara.

Zakat adalah lebih dari sekadar angka 2,5 persen dari penghasilan yang dikeluarkan setiap tahun. Ia adalah filosofi keadilan yang menjaga keseimbangan dalam masyarakat. 

Dengan zakat, Islam mengajarkan bahwa kekayaan bukan untuk ditimbun, tetapi untuk dibagi, agar yang kaya tidak serakah dan yang miskin tetap memiliki harapan. (Alt)

Berita Terkait